Mari Jaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemi COVID-19

Kamis, 8 Okt 2020 04.24

KOTA BANDUNG -- Pandemi COVID-19 berdampak buruk pada kesehatan mental masyarakat. Berdasarkan survei Puslitbangkes Kemenkes pada 2020, sekitar 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Dari angka tersebut, 85,3 persen di antaranya tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri. 

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, ada beberapa hal yang membuat kesehatan masyarakat terganggu di tengah pandemi COVID-19. Mulai dari informasi bohong atau hoaks, stigma, sampai tingginya angka kematian karena COVID-19. 

"Informasi ketidakjelasan kapan situasi pandemi akan berakhir, belum hadirnya vaksin, isu isolasi sosial, stigma, kehilangan pekerjaan, perubahan cara belajar mengajar, dan tingginya juga kekerasan rumah tangga sebagai dampak terjadinya perceraian itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita sepelekan," kata Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- dalam webinar bertajuk 'Menjaga Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi', Rabu (7/10/20). Kegiatan itu sekaligus memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2020.

Kang Emil menyatakan, hoaks soal pandemi COVID-19 dapat membuat takut dan meningkatkan kecemasan masyarakat. Maka, kedewasaan masyarakat dalam memanfaatkan media sosial harus terus dikampanyekan. 

"Hari ini masalahnya bukan mencari informasi, tapi memilah informasi. Maka, situasi berita negatif tentu harus kita kontrol," ucapnya. 

Selain itu, kata Kang Emil, pembelajaran jarak jauh membuat peserta didik dan orang tua stres. Terlebih ada kendala masalah konektivitas internet. 

"Juga pada anak-anak ada sistem yang mengharuskan menjalani pendidikan di rumah atau jarak jauh. Ini juga membuat stres kepada anak dan orang tua apalagi keterbatasan internet dan lainnya. Sungguh sangat memprihatinkan," katanya. 

Kang Emil mengatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar sudah menyiapkan krisis center di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jabar, Kabupaten Bandung Barat, dan Graha Atma Bandung. Krisis center itu sebagai respons cepat kegawatdaruratan jiwa seperti potensi bunuh diri. 

Selain krisis center, Pemda Provinsi Jabar meluncurkan program Konsultasi Jiwa Online (KJOL yang dibaca Kajol) sebagai jawaban atas meningkatnya permasalahan kejiwaan di tengah pandemi COVID-19. 

"Yang terbaru, lahirnya layanan konsultasi jiwa online atau KJOL RSJ Jabar yang sekarang lagi meningkat. Keberadaannya ini adalah respons terhadap meningkatnya permasalahan kejiwaan di masa pandemi. KJOL ini jadi solusi memudahkan petugas untuk screening mana yang cukup via telepon atau datang secara fisik. Keren sekali saya apresiasi," ucapnya. 

Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Siska Gerfiandi menuturkan, selama pandemi ada peningkatan jumlah pasien gangguan cemas di RSJ Jabar.

*Durasi Penggunaan Gawai Meningkat Selama Pandemi*

Sementara itu Direktur Utama RSJ Jabar Elly Marliyani mengatakan, ada peningkatan durasi penggunaan gawai selama pandemi. 

Berdasarkan penelitian RSCM FK UI di bulan April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 Jam per hari dan peningkatan kecanduan internet pada remaja sebesar 19,3 persen. Kondisi itu berpotensi menyebabkan stres bagi orang tua maupun anak.

"Terbukti sejak pandemi, terjadi peningkatan kunjungan pasien gangguan cemas di RSJ sampai dengan September 2020 sebanyak 14 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2019," kata Elly.

Menurut Elly, program KJOL diciptakan agar masyarakat dapat berkonsultasi secara virtual dengan psikiater atau psikolog. Selain itu, screening melalui website pun dapat dilakukan, seperti screening kesehatan jiwa, kecanduan gadget, deteksi dini bunuh diri, dan tes lainnya.

"Sehingga diharapkan masyarakat paham pentingnya kesehatan jiwa, sadar sejak dini kesehatan jiwa adalah investasi," tutup Elly.

 

 

HUMAS JABAR
Kepala Biro Humas dan Keprotokolan
Setda Provinsi Jabar
Hermansyah